Rabu, 16 Juni 2010

Muhalhil bin Rabi`At Taghlabiy

Muhalhil bin Rabi`At Taghlabiy
Sejarah mengenai awal mula Syi'r Arab merupakan sejarah yang sulit untuk menentukan batasannya. Akan tetapi para ahli sejarah sastra Arab berpendapat bahwa timbulnya Syi'r Arab telah lebih dahulu daripada prosa. Syi'r Arab Jahiliyyah yang sampai kepada kita saat ini hanya sebagian Syi'r yang pengumpulannya pada perang Busus sekitar 150 tahun sebelum Islam. Itupun tidak merupakan keseluruhan Syi'r yang dihasilkan bangsa Arab di masa tersebut. Sehingga Syi'r Jahiliyyah yang sampai kepada kita sekarang ini hanyalah sebagian kecil saja dari Syi'r Jahiliyyah yang dapat diselamatkan dari kepunahan.
Syi'r Jahiliyyah yang sempat dihapal oleh generasi yang datang di masa Islam akhirnya dicatat dan dibukukan dalam catatan-catatan pribadi, kemudian diajarkan kepada generasi berikutnya. Kemudian dari hapalan-hapalan tersebut lalu dikumpulkan oleh para pengumpul Syi'r, seperti Hammad Arrowy, Al-Asmaiy, Khallaf bin Amru dan Abu Bakar Hawarizmy. Merekalah yang mengumpulkan Syi'r yang masih ada pada suku Badui Arab. Karena suku Badui sangat terkenal dalam kekuatan hapalannya untuk menjaga adat istiadat dan hasil karya nenek moyang mereka. Selanjutnya, hasil karya sastra Arab yang telah dibukukan, kelak akan dijadikan sandaran bahasa Arab oleh para ahli linguistik Arab, ahli balaqhah, dan juga para penyair Islam yang datang di masa sesudahnya.
Mengenai sejarah awal mula timbulnya Syi'r Arab Jahiliyyah, sosok Muhalhil bin Rabiah Attaghliby dianggap sebagai orang pertama yang menciptakan Syi'r Arab. Hal ini dikarenakan dari sekian banyak Syi'r Arab yang ditemukan hanyalah sampai pada zaman Muhalhil, dan dari sekian banyak Syi'r Muhalhil yang dapat diselamatkan hanya sekitar 30 bait saja.
Anggapan bahwa Muhalhil adalah perintis pertama dalam menciptakan Syi'r Arab, bukan berarti bahwa permulaan timbulnya Syi'r Arab itu dimulai dari zaman Muhalhil. Bahkan jauh sebelum zaman Muhalhil, Syi'r Arab telah ada, hanya saja Syi'r Arab kuno yang ada sebelum zaman Muhalhil telah lenyap. Pendapat ini dikuatkan oleh Umru' Al-Qais yang menyatakan bahwa sebelum zaman Muhalhil, bangsa Arab telah mengenal Syi'r.

عوجا على الطّلل المحيل لأننا # نبكى الدّيار كما بكى ابن خذام

Mari kita kembali (mengenang) kepada puing-puing yang runtuh, karena kami akan mengenang (menangisi) kembali kekasih yang telah pergi, seperti yang telah dilakukan oleh Ibnu Al-Huzama.

Bait syi'r di atas memberikan penerangan kepada kita bahwa segala apa yang dilakukan penyair yang ada pada masa Jahiliyyah hanyalah sebuah tiruan atau pengulangan dari yang telah dilakukan oleh penyair masa sebelumnya. Pendapat Umru' Al-Qais ini dikuatkan oleh pendapat Zuhair bin Abi Sulma dalam bait syi'rnya di bawah ini

ما ارانا نقول إلاّ معارا # او معاذا من لفظنا مكرورا

Apa yang kami ucapkan waktu ini, tidak lain hanyalah jiplakan (tiruan) atau ulangan dari ucapan syair di masa lampu.
Dari kutipan-kutipan syi'r di atas dapatlah kita ketahui bahwa sejak sebelum Masehi, bangsa Arab telah mengenal syi'r, hanya saja karya mereka telah lenyap dimakan waktu. Adapun Muhalhil hanyalah sebagai seorang penerus atau perintis syi'r Arab Jahiliyyah.
Sebenarnya Muhalhil bin Rabi' At Taqlabiy bernama lengkap ‘Adi bin Rabi’ah, hidup pada pertengahan abad kedua dia inilah yang pertama kali menyempurnakan syair Arab dalam bentuk kasidah dengan bermacam wazan atau timbangan dan qafiyah atau ritme.
• Muhalhil memprakarsai puisi dengan tujuan :
 An-Nasib (menyebut kerinduan tentang wanita dan keindahannya, mensifatkan kepergian dan kedatangannya)
 Al-Fakhr (memuji diri sendiri atau golongan yang membicarakan tentang kemuliaan-kemuliaan, asal-usul kabilah, kekayaan serta keturunan suatu kabilah)
 Al-Madh (memuji seseorang yang mempunyai kelebihan, seperti pemikiran yang kuat, keadilan seseorang, serta keberanian seseorang)
 Ar-Ratsa’ (menyebutkan orang yang telah meninggal, isi puisinya menampakkan kekagetan dan kesusahan atas meninggalnya orang)
 Al-Hija’ (membicarakan kejelekan seseorang atau kabilah dan mengingkari adanya kemuliaan)
 Al-I’tidzar (menolak tuduhan yang dilemparkan kepadanya dan meminta belas kasihan dengan mengemukakan alasan-alasan)
 Al-Washf (menjelaskan suatu keadaan menurut kedudukannya, untuk mendatangkan dalam fikiran, sehingga orang yang mendengar seakan melihat dan merasakannya)
 Hikmah dan Mutsul (puisi ringkas mengandung hukum yang dapat diterima oleh akal, atau pengalaman yang penuh dengan nasehat dan tidak berlebihan)
• Salah satu contoh sya'irnya :
أهاج قذاة عيني الإدكار؟
هدوءاً ، فالدموع لها انهمار
وصار الليل مشتملا علينا
كأن الليل ليس له نهار
وبت أراقب الجوزاء حتى
تقارب من أوائلها انحدار
أقلب مقلتي في إثر قوم
تباينت البلاد بهم فغاروا
وأبكى والنجوم مطلعات
كأن لم تحوها عني البحار
على من لو نعيت وكان حيــــــا
لقاد الخيل يحجيها الغبار
دعوتك يا كليب فلم تجبنى
وكيف يجيبنى البلد القفار
أجبني يا كليب خلاك ذم
لقد فجعت بفارسها نزار
سقاك الغيث إنك كنت غيثا
ويسرا حين يلتمس اليسار
كأني إذ نعى الناعي كليبا
تطاير بين جنبي الشرار
سأ لت الحي أين دفنتموه
فقا لوا لي : بسفح الحي دار
فدرت وقد عشى بصري عليه
كما دارت بشاربها العقار
ثوى فيه المكارم والنجار
ولست بخالع درعي وسيفي
إلى أن يخلع الليل النهار
ابت عيناي بعدك أن تكفا
كأن غضا القتاد لها شفار

1 komentar: