Rabu, 29 Desember 2010

WASIAT ROSULULLOH S.A.W. KEPADA AISYAH


Saiyidatuna 'Aisyah r.'a meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda :
"Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau. Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesungguhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama engkau mengingat wasiatku ini..."
Intisari wasiat Rasulullah s.a.w tersebut dirumuskan seperti berikut: Hai, Aisyah, peliharalah diri engkau. Ketahuilah bahwa sebagian besar daripada kaum engkau (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka.
Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu :
  • Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila ditimpa musibah
  • tidak memuji Allah Taala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakan nikmat dan rahmat tidak bersyukur.
  • mengkufurkan nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah
  • membanyakkan kata-kata yang sia-sia, banyak bicara yang tidak bermanfaat.
Wahai, Aisyah, ketahuilah :
  • bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan oleh suaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah
  • bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya, maka pada hari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan di tengkuknya.
  • bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau menaruh sangkaan buruk terhadap suaminya), Allah akan menghapuskan muka dan tubuhnya pada hari kiamat.
  • bahwa isteri yang tidak memenuhi kemauan suaminya di tempat tidur atau menyusahkan urusan ini atau mengkhiananti suaminya, akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubunnya terikat kepada dua kakinya di dalam neraka.
  • bahwa wanita yang mengerjakan sembahyang dan berdoa untuk dirinya tetapi tidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sembahyangnya.
  • bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-nampar mukanya atau merobek-robek pakaiannya, dia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapan mendapat kebajikan syafaat dari siapa pun;
  • bahwa wanita yang berzina akan dicambuk dihadapan semua makhluk didepan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan depalan puluh cambuk dari api.
  • bahwa isteri yang mengandung ( hamil ) baginya pahala seperti berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan qiamul-lail pada malamnya serta pahala berjuang fi sabilillah.
  • bahwa isteri yang bersalin ( melahirkan ), bagi tiap-tiap kesakitan yang dideritainya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian juga pahalanya setiap kali menyusukan anaknya.
bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, maka diumpamakan dengan titik-titik darah dalam perjuangan fisabilillah

SUARA YANG DIDENGAR MAYAT

Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga: Keluarga, Hartanya, Dan Amalnya.
Ada Dua Yang Kembali Dan Satu Tinggal Bersamanya; Keluarga Dan Hartanya Akan Kembali Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.
Ketika Roh Meninggalkan Jasad...
Terdengar Suara Dari Langit Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia,
Atau Dunia Yang Meninggalkanmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Harta Kekayaan,
Atau Kekayaan Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu
Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia,
Atau Dunia Yang Telah Menguburmu."

Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan....
Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat
Mengapa Kini Terkulai Lemah
Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih
Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara
Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar
Mengapa Kini Tuli Dari Seribu Bahasa
Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia
Mengapa Kini Raib Tak Bersuara

Ketika Mayat Siap Dikafan...
Suara Dari Langit Terdengar Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan
Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha Allah
Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah
Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan
Nun Jauh Tanpa Bekal
Kau Telah Keluar Dari Rumahmu
Dan Tidak Akan Kembali Selamanya
Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika Mayat Diusung....
Terdengar Dari Langit Suara Memekik,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan..
Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan
Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Tobat
Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Dishalatkan....
 Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan.. Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika Mayat Dibaringkan Di Liang Lahat....
Terdengar Suara Memekik Dari Langit,
"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia
Untuk Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita Di Sini
Wahai Fulan Anak Si Fulan...
Dahulu Kau Tertawa Kini Dalam Perutku Kau Menangis
Dahulu Kau Bergembira Kini Dalam Perutku Kau Berduka
Dahulu Kau Bertutur Kata Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa."

Ketika Semua Manusia Meninggalkannya Sendirian....
Allah Berkata Kepadanya, "Wahai Hamba-Ku..... Kini Kau Tinggal Seorang Diri Tiada Teman Dan Tiada Kerabat Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap.. Mereka Pergi Meninggalkanmu.. Seorang Diri Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku Hari Ini,.... Akan Kutunjukan Kepadamu Kasih Sayang-Ku Yang Akan Takjub Seisi Alam Aku Akan Menyayangimu Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya. Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman, "Wahai Jiwa Yang Tenang Kembalilah Kepada Tuhanmu Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba-Ku Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku

Wanita Shalihah



Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.
MULIALAH wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". (HR. Muslim).
Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.
Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).
Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum  ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.
Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain.
Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.
Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.
Wanita Shalihah
Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.
Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.
Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.
Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, "Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya."
Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.
Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahua'lam.***

Nasehat Imam Al-Ghozali


Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A'Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukaiperasaan saudaranya sendiri.

Hati-hati dengan HATI ....


Seorang pria telungkup di tengah lapangan yang luas di bawah teriknya sinar matahari, dengan tas disampingnya. Lalu segerombolan orang menghampiri dan memeriksa keadaan pria tersebut. Meninggal, kata salah satu orang gerombolan tersebut. Mereka kemudian sepakat membuka tas disamping pria itu dan mencari tahu apa yang sebenarnya yang terjadi. Ternyata mereka semua berpikiran sama, andai tas itu terbuka sesaat sebelumnya, maka pria tersebut mungkin tidak meninggal dalam keadaan seperti ini.

Apakah isi tas itu?? Hayo apa ayoo? Ternyata isi tas itu adalah parasut. Parasut itu gagal terbuka pada saat si pria melakukan terjun payung. Memang sangat menyedihkan dan naas. Parasut jadi penentu keselamatan jiwa para penerjun payung. Dan...begitu jugalah hati kita. Hati hanya akan berfungsi jika dalam keadaan terbuka, open heart-lah istilahnya gitu. Hati akan menjadi penyelamat. Kita akan menyerap petunjuk lebih mudah, menerima hidayah lebih mudah dan berprilaku lebih mulia. Jangan biarkan hati tertutup dengan butir-butiran kotoran hati, yang akan kian menebal jika tidak segera dibersihkan. Karena pada keadaan tertentu, kotoran hati tidak dapat dibersihkan dengan hanya sekali-dua kali kilapan 'wing porselen'!! Kotoran hati tersebut sudah menjadi bagian dari prilaku dan sikap keseharian manusia.

Oleh karena itu :
"Perhatikanlah  hatimu karena ia akan menjadi fikiranmu
Perhatikanlah fikiranmu karena ia akan menjadi perkataanmu
Perhatikanlah perkataanmu karena ia akan menjadi perbuatanmu
Perhatikanlah perbuatanmu karena ia akan menjadi kebiasaanmu
Perhatikanlah kebiasaanmu karena ia akan menjadi karaktermu
Dan Perhatikanlah karaktermu karena ia akan menjadi lintasan hatimu"

Semuanya kembali kediri kita masing-masing. Tanyakan pada diri sendiri apa yang akan terlintas dalam hati kita pada saat ini, saat itu, dalam keadaan ini, dan jika berada dalam keadaan itu. Karena kalau bukan diri sendiri yang bertanya lalu siapa lagi.......??? Masa harus orang lain..hehe 'just try to do better'

Artikel Islami "Duhai suamiku..."


Artikel Islami
20 Mei 2003 - 14:29    
Duhai suamiku...
Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku.....
Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, "Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS: An Nisa' 19]. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan, "Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka." Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.
Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?" Ali r.a. pun menjawab, "Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya." Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.
Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, "Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian." Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku...
Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, "Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya." [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.
Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.
Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini...
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.
--------------------
Pengirim : ferryhadary@yahoo.com

Duhai suamiku...
Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku.....
Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, "Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS: An Nisa' 19]. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan, "Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka." Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.
Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?" Ali r.a. pun menjawab, "Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya." Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.
Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, "Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian." Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku...
Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, "Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya." [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.
Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.
Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini...
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.
--------------------
Pengirim : ferryhadary@yahoo.comDuhai suamiku...
Kadangkala mungkin tergambar di benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci, limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun berubah menjadi ketegangan.
Suamiku.....
Di saat engkau masih sibuk dengan pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau bisa melihat kebaikanku yang lain. Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, "Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [QS: An Nisa' 19]. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan, "Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya, dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka." Jika engkau melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai. (HR. Muslim)
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.
Saat diriku rela pergi bersama dirimu, kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku. Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seorang, "Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?" Ali r.a. pun menjawab, "Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya." Ku harap engkaulah laki-laki itu, duhai suamiku.
Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut, janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri, beliaupun menjawab, "Dia memberinya makan ketika ia makan, dan memberinya pakaian ketika dia berpakaian." Janganlah engkau keras terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku...
Tahukah engkau anugerah yang akan engkau terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, "Mereka yang berlaku adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya." [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.
Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu. Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.
Wahai Allah,
Engkau-lah saksi ikatan hati ini...
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.
--------------------
Pengirim : ferryhadary@yahoo.com

Doa Para Akhwat yang sangat merindukan datangnya seorang pendamping....


 Untuk Para Akhwat.... mari kita Aminkan Doa ini.......
Untuk Para Ikhwan.... Dengarlah Doa Para Akhwat yang sangat merindukan datangnya seorang pendamping....

"Peringatan Rasulullah: "Bukan termasuk golonganku orang-orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah." (HR. Thabrani). "

Apa yang menghimpit saudara kita sehingga MEREKA SANGGUP MENETESKAN AIR MATA. Awalnya adalah KARENA MEREKA MENUNDA APA YANG HARUS DISEGERAKAN, MEMPERSULIT APA YANG SEHARUSNYA DIMUDAHKAN. Padahal Rasululloh berpesan: "Wahai Ali, ada TIGA PERKARA JANGAN DITUNDA-TUNDA, apabila SHOLAT TELAH TIBA WAKTUNYA, JENAZAH APABILA TELAH SIAP PENGUBURANNYA, dan PEREMPUAN APABILA TELAH DATANG LAKI-LAKI YANG SEPADAN MEMINANGNYA." (HR Ahmad) "

-- M. Fauzil Adhim

****************************
A Prayer

Tuhanku...
Aku berdo'a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia

Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah

Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya

Tuhanku...
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Tuhanku...
Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku

Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
"Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna."

Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan

Amin....

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang sakratul maut



Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

* * *
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Ceramah Nuzulul Quran 17 Ramadhan 1422 H Masjid Istiqlal, Jakarta KH. Abdullah Gymnastiar


Segala puji bagi Allah SWT. Alhamdulillahilladzi liyadzadu iimaanan maa 'aimaanihim. Sholawat dan salam semoga tercurah selalu bagi Rasulullah panutan kita, yang membangunkan dan menuntun hati nurani kita, menjadi cahaya bagi segala perbuatan mulia.

Bangsa kita sesungguhnya dikaruniai Alloh potensi yang begitu dahsyat, yang jika disyukuri dengan cara mengelolanya dengan tepat, niscaya berpeluang menjadi negara besar yang berwibawa dan bermartabat.

Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah ruah baik berupa daratan, lautan serta apapun yang terkandung didalamnya; maupun lokasi geografis dan keindahan alam, negeri kita bagaikan percikan surga yang tertetes di dunia.

Potensi manusia dengan jumlah dua ratus duapuluh juta lebih dengan aneka kemampuannya, merupakan aset berharga jika disinergikan dengan formula yang tepat. 

Dan aset yang tidak ternilai harganya adalah sumber keyakinan bagi mayoritas penduduk Indonesia, yaitu aqidah Islam yang diyakini bersama sebagai agama yang paripurna, rahmatan lil `alamiin, yang dapat menjadi solusi yang universal. Namun, bila kita melihat kenyataan, ternyata semua potensi seakan-akan tidak berbuah kenyataan yang dicita- citakan bersama. Bahkan, aneka bala dan musibah dari berbagai sisi kehidupan begitu lekat dan memilukan.

Sudah kita dengar bersama upaya untuk menyehatkan dan mensejahterakan masyarakat, namun kita wajib mengevaluasi hal-hal pokok yang menjadi kunci permasalahan.

Masyarakat kita relatif berbadan sehat, juga berpikir normal, bahkan sebagian ada yang berfisik sangat kuat dan berotak cerdas. Hanya sedikit masyarakat yang berpenyakit lahir dan ia juga berpenyakit akal. Rupanya yang sedang berjangkit di negara kita secara umum, justru penyakit qolbu/hati nurani. Karena orang yang kuat dan cerdas akal pikirannya, yang tidak sehat qolbunya ternyata mereka itulah yang menjadi biang-biang kerusakan dan kesengsaraan bagi bangsa ini. Dengan kata lain, kelemahan bangsa kita ini adalah belum sungguh-sungguh memprogram untuk menghidupkan dan membangkitkan kekuatan nurani yang akan menuntun akal pikiran, sikap dan tingkah laku menjadi penuh nilai kemuliaan dan kehormatan yang hakiki, karena qolbu adalah inti terpenting dari manusia yang akan mengatur segala sikapnya. Sabda Rasulullah:

"Alaa inna fil jasad mudhgoh Idza soluhat soluha jazadukuluhu Waidza fasadat fasada jasadukuluhu Alaa wa hiyal qolbu"

"Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu." (HR. Bukhari Muslim)

Dan sumber kerusakan ini menurut Rasulullah adalah: Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok. Para sahabat bertanya, "Apakah pada saat itu jumlah kami sediit ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit wahn". Mereka bertanya lagi, "Apakah penyakit wahn itu ya Rasulullah?", beliau menjawab "Hubbud dunya (kecintaan yang amat sangat kepada dunia ) dan takut mati".  HR Abu Dawud

Gejalanya bisa kita lihat dari tingkah polah dalam memperebutkan duniawi ini (harta, kedudukan, kekuasaan, popularitas, kesenangan duniawi, gelar, pangkat, jabatan yang ditujukan hanya untuk kepuasan dunia belaka), tidak sedikit orang yang menghalalkan cara-cara tak terpuji sehingga mendzolimi hak-hak orang lain. Bagi yang telah mendapatkannya, juga melakukan perbuatan yang tak mulia yaitu dengan gemar pamer kemewahan, hidup dengan biaya tinggi, menjadi jalan kecurigaan dan kedengkian bagi yang lain; dan untuk mempertahankan dunia yang dimilikinya sering pula melakukan tindakan yang melupakan kepentingan masyarakat. Bagi masyarakat yang ada dalam keterbatasan, melihat situasi yang materialistis membuat terbuai angan-angannya sehingga melakukan tindakan yang mencoreng harga dirinya.

Pendek kata, budaya cinta dunia atau materialistis adalah biang masalah yang beranak-pinak dengan kesombongan, kemewahan, kedengkian, keserakahan, kezoliman dan bercucu pada permusuhan, keinginan untuk menghancurkan orang lain, dan akibatnya seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Kita harus mulai membangunkan nurani masyarakat dengan cara mensosialiksasikan obat penyembuhnya, yaitu membangun hidup mulia dengan bersahaja, hidup proporsional, tidak berbudaya bersembunyi dibalik topeng duniawi dan hal ini sangat memungkinkan kita lakukan setidaknya dengan empat kunci :

1. Suri tauladan yang nyata

Harus menjadi kesadaran para pemimpin bahwa mereka benar-benar diperhatikan dan ditiru oleh masyarakat. Kita harus membudayakan memilih para pemimpin yang berani hidup bersahaja dan mengutamakan kemampuan memimpin dengan adil dan profesional, dibanding dengan orang yang hanya mampu mempertontonkan kedudukan dan kekayaaannya. Nabi Muhammad SAW membangun peradaban dengan menjadi suri tauladan yang nyata. Ini harus menjadi budaya bagi para pemimpin, dengan tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Tidak melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri. Lebih banyak berkata dengan karya dan tauladan nyata, daripada hanya berbuat dengan perkataan.

Masyarakat sesungguhnya sangat tercuri hatinya kepada para pemimpin yang bisa berbuat banyak, namun amat bersahaja dalam hidupnya. Pada saat yang sama, masyarakatpun teramat curiga dan dengki kepada para pemimpin yang hidup glamour, yang mereka yakini semuanya itu adalah uang rakyat.

2. Pendidikan dan pelatihan, juga pembinaan secara sistematis berkesinambungan terhadap masyarakat

Perlu kesadaran dan kesepakatan bersama untuk mendidik segala lapisan masyarakat dengan menggunakan seluruh media yang ada untuk mengetahui nilai-nilai keutamaan hidup berhati bersih, bernurani dan hidup tidak materialistis, baik lewat pendidikan di sekolah/kampus, melalui aneka sinetron film/televisi ataupun radio, untuk mendampingi pendidikan lewat suri tauladan dari para pemimpin / tokoh panutan masyarakat.

3. Sistem yang kondusif

Kitapun harus bekerja keras untuk membangun system dalam bentuk undang-undang, aturan-aturan lainnya yang mendukung perubahan sikap di masyarakat untuk tidak berjiwa materialistis dan sangat menghargai nilai-nilai kemuliaan ahlak dan moral, dengan cara membuat peraturan yang benar- benar adil dan konsisten untuk menegakkannya. Nabi Muhammad berlaku adil terhadap siapapun, termasuk kepada keluarganya sendiri.

Menegakkan supremasi hukum adalah bagian kunci yang teramat penting untuk membangun harapan di masyarakat, bahwa memburu dunia tidak dengan cara yang benar, akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Menegakkan hukum dengan adil, tidak dengan kebencian dan dendam, akan membuat keadilan menjadi sesuatu yang indah dan menjadi tumpuan semua pihak.

Ketidak-seriusan menegakkan sistem yang adil akan mengundang ketidakpuasan, dan ini akan mengundang pula aneka masalah yang lebih pelik dan merugikan.

4. Membangun kekuatan ruhiyah

Sebagai orang yang beriman, selalu harus kita sadari bahwa kita semua hanya sekedar mahluk yang sangat banyak memiliki keterbatasan, dan Alloh-lah yang Maha Kuasa menolong siapapun yang Dia kehendaki, karena Dia-lah yang menggengam segala masalah dan jalan keluarnya.

Laa haulaa walaa quwwata illa billahil aliyil'aziim. Maka, harus dicanangkan kebangkitan ruhiyah nasional dengan memotivasi masyarakat untuk melakukan kebangkitan ibadah dengan benar lebih intensif. Baik yang fardhu maupun sunah, yang tentu diawali dengan suri teladan dari semua tokoh panutan dan difasilitasi baik tempat, waktu/kesempatan, dan dana, agar masyarakat --selain lebih terkendali-- juga doa-doanya mendatangkan pertolongan Allah seperti yang dijanjikan. Surat at Thalaq ayat 23 menyatakan, yang artinya, "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar dari segala urusannya dan memberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka, dan barang siapa yang bertawakal niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya." Amatlah tipis harapan kita akan keluar dengan baik dari permasalahan ini tanpa bimbingan Allah, karena manusia amatlah terbatas dalam segalanya, tak mampu berbuat apa pun tanpa izin-Nya.

Penutup

Semoga dengan kombinasi ikhtiar lahir batin, suri tauladan yang nyata, pola pendidikan dan pembinaan juga sistem yang kondusif dan ketangguhan dalam ibadah seluruh elemen masyarakat, menjadikan semua masalah yang ada pada bangsa kita ini akan membuahkan budaya hidup baru yang benar-benar akan menjadi fondasi bagi masyarakat maju yang beradab.

Yaitu masyarakat yang produktif dalam aktivitas di dunia, namun didasari dengan niat yang bersih karena Alloh, menjalankan aktivitasnya sebagai ibadah dan diwarnai dengan kebersihan hati, jauh dari segala kesombongan, riya, kedengkian, cinta dunia atau aneka penyakit hati lainnya, yang semua ini akan terpancar dari ahlak yang bermutu tinggi di lapisan manapun mereka berkiprah.

Dan warisan terbesar dari setiap insan yang diberi amanah adalah kemuliaan pribadi, buah dari kebersihan hati yang merupakan tanda kesuksesan dan keselamatan kehidupan seorang manusia, yang lebih tinggi nilainya dari topeng duniawi apapun yang disandangnya sejenak didunia ini.

Hanya kepada Alloh-lah kembalinya segala urusan, dan hanya Dia-lah yang akan menerima amal, dan tiada pertemuan dengan-Nya kecuali hanya orang yang berhati bersih dan selamat.

CAHAYA PARA WANITA


Para suami dan isteri  semakin tidak sanggup untuk saling menanggung pasangannya. Di masa lalu keadaannya tidak seperti ini. Cinta yang mereka miliki memberi mereka cahaya, dan wajah mereka semakin bersinar setiap  hari. Karena ibadah mereka kepada Allah membuat  para pria dan wanita tersebut dipakaikan pakaian cahaya, kecantikan dan cinta.
Saat ini orang-orang tidak tertarik untuk beribadah kepada Allah. Mereka melalaikan hal tersebut. Sebagai hukumannya, mereka saling merasa bahwa pasangannya tidak menarik (jelek). Mereka hanya mengandalkan kecantikan lahiriah (fisik) yang mirip dengan kecantikan boneka maneqin di etalase toko.
Menyerupai pria dan wanita, memakai pakaian, tapi tak memiliki rasa. Tapi  bila seseorang  dipakaikan dengan keindahan surgawi, sebagai berkah dari Allah swt, maka tak akan pernah kehilangan kecantikannya walaupun sudah mencapai usia 90 atau 100 tahun. Tidak akan pernah berubah, karena mereka selalu diberi pakaian surgawi !
Para Rasul dengan pengetahuan surgawinya berkata : "Jika seseorang  ingin kelihatan cantik atau dipakaikan pakaian kecantikan pada mereka, mereka harus berusaha bangun tengah malam dan subuh.  Karena pada waktu-waktu tersebutlah  cahaya terang spiritual muncul dan dipakaikan pada orang-orang.
Dan ibadah tengah malam dan subuh mereka akan tampak pada wajahnya. Allah menganugerahkan pada  mereka cahaya yang terang dan cinta. Siapapun yang menginginkannya , dapat memohon pada Alah pada waktu-waktu tersebut. Allah swt akan mengirimkan malaikat-malaikat dengan cahaya dan  pakaian surgawi. Ia akan memakaikan para hambanya yang beribadah padaNya di bumi,  yang melakukan salat dan memuliakanNya  Namun orang-orang sudah melupakan hal ini dan berusaha keras mempercantik wajah dan tubuhnya dengan kosmetik ( menghamburkan jutaan dolar dan Euros ). Membuat bibir mereka tampak seperti bibir keledai ! Mereka berusaha membuat diri mereka lebih muda.
Para remaja  tidak berkata bahwa Allah yang memberikan mereka kecantikan, tapi mereka minta untuk memakai kosmetik agar tampak cantik, dan tak akan bisa! Selama para pria diizinkan  memandang wanita, mereka akan mengambil kecantikan dari wajah dan tubuh wanita. Maka para wanita yang berjilbab dan berpakaian  menutup aurat , wajah dan tubuhnya akan tetap segar dan cantik, tanpa kosmetik !
Mereka tidak mengerti  sumber utama kecantikan itu berasal dari mana.  Mereka bertanya kenapa wanita Muslim memakai jilbab. Itu gunanya untuk menjaga kecantikan mereka !  Tapi para wanita sekarang terlalu bodoh! Wanita yang cerdas tidak akan menyia-nyiakan kecantikannya. Zaman dahulu,  para wanita menjaga wajah dan tubuh mereka agar tidak disentuh oleh seseorang yang tidak halal  untuk mereka.
Orang-orang yang mengikuti setan dan ajarannya, akan jatuh dalam kesulitan yang merusak spiritual dan fisik manusia. Di masa lalu, spiritual terpelihara  jika fisik dijaga. Sehingga semakin banyak kebahagiaan dan kecantikan dianugerahkan pada mereka.
Sekarang para wanita ingin membuka dan memamerkan kecantikan mereka. Tapi mereka tak akan berhasil, karena kecantikan mereka akan cepat memudar !   Terutama para wanita yang bekerja dengan pria. Pandangan para pria tersebut membawa efek  buruk bagi mereka dan  mereka cepat menjadi tua. Kecantikan  para wanita yang bekerja dengan pria  akan rusak. Keindahan dan kondisi tubuh mereka  menurun dengan pesat.     
Sekarang  ini  banyak sekali wanita yang mengeluh sakit. Misalnya mereka mengatakan terkena kanker. Dan saya bertanya berapa usianya, dan mereka mengatakan, 25 tahun ! Bagaimana bisa begitu ? Terutama para gadis yang masuk universitas dan selalu  dekat dengan pasangannyanya. Saat  mereka lulus, kondisi fisik mereka sudah turun. Mereka menunda pernikahan, dan menghabiskan waktu mereka di universitas, belajar untuk mendapat ijazah yang tidak ada manfaatnya ! Cara yang salah untuk manusia, karena mereka mengikuti ajaran setan ! Dan sekarang  negara-negara membuat peraturan bahwa pria dan wanita adalah setara.
Jika kita setara, semua pria harus menjadi wanita ! Itu adalah setara. Allah menciptakan pria sebagai pria dan wanita sebagai wanita. Bagaimana orang bisa mengatakan bahwa pria dan wanita setara ? Kebodohan apa ini ?! Sampai saat ini mereka membuat kesulitan bagi berbagai bangsa. Tapi mereka tak akan berhasil.

Wanita yang Dipenuhi Rasa Cinta


Selalu, saya akan tenggelam dalam luasnya danau di keriput garis mata wanita itu; garis yang berkisah tentang kesabaran, perjuangan hidup, penderitaan dan pengorbanan serta maaf. Menelusuri peta yang ada di wajahnya, saya tak pernah tersesat dalam membaca atau mencari sebuah kota bernama: keikhlasan.
Kali ini, saya berusaha menyusun kepingan kesabaran dan danau maaf yang ada padanya dari sebuah drama kecil yang meluruhkan air mata saya pada akhir Februari 2003 lalu, di sebuah bangsal kelas II Rumah Sakit Umum Giriwono, Wonogiri.
Tubuh renta wanita itu melangkah ragu, mungkin beberapa bagian disebabkan perjalanan sekitar dua jam dengan memakai bus. Ia memang hampir selalu mabuk dalam perjalanan semacam itu kendati hanya dalam bilangan jam.
“Mbah...!” suaranya bergetar saat berada di ambang pintu. Nanap, ia menatap sesosok tubuh yang tergolek di atas tempat tidur dengan berbagai selang; infus, bantuan pernapasan, dan saluran pembuangan....
Laki-laki yang tergolek itu membalas tatapnya, menahan sejenak, lantas pelan-pelan dialihkan ke tempat lain. Ada sedu tertahan, sesak dalam dada.
“Bagaimana, Mbah?” kembali sapa wanita itu seraya mendekat dan meraba kening si lelaki. “Yang sakit bagian mana?” lanjutnya. Tangannya membelai kening lelaki itu dan turun ke telinganya.
Lelaki itu telah dua hari dirawat di rumah sakit karena penyakit stroke. Tubuh bagian kanannya lumpuh.
Lemah, tangan kiri si lelaki berusaha meraih tangan wanita itu, menggenggamnya lama, tetap dengan mata menghindari bertatap dengannya. Ada kepundan yang bergolak-golak di sana dan tangis yang enggan dipurnakan.
-----
Wanita itu tak lain adalah bekas istri dari lelaki yang kini tergolek tersebut. Lebih dua puluh tahun sudah keduanya berpisah.
Sangat sah bagi si wanita itu apabila ia membenci bekas suaminya. Begitu banyak luka menganga yang ditinggalkan lelaki itu dalam perjalanan hidup yang ia alami.
Sebelum resmi berpisah, suaminya menelantarkan dirinya berikut anak-anaknya. Suaminya lantas menikah dengan wanita lain, memenuhi istri mudanya dengan kekayaan dan kebahagian, sedangkan wanita ini terlunta-lunta memperjuangkan hidup yang ingin ia menangkan.
Ya, nyaris tak ada apa pun yang diberikan suaminya selain penderitaan. Ia bukan resmi dicerai di PA, karena itu ia masih menjadi istri jika sewaktu-waktu suaminya pulang atau bertandang. Selalu tak ada apa-apa yang di bawa lelaki itu selain perselisihan atau kekesalan pada istri mudanya dan si wanita akan menerimanya dengan sabar.
Tapi, selalu begitu, setelah ia kembali mengandung, suaminya akan segera pergi kembali pada istri mudanya, dan kembalilah ia berjuang terlunta-lunta dengan janin dalam kandungan. Tercatatlah, sembilan anak terlahir dari rahimnya, seorang di antaranya meninggal karena kekurangan air susu. Asinya tidak keluar oleh karena nyaris tak ada makanan layak yang ia konsumsi.
Di lain waktu, pernah selama beberapa minggu ia -berikut anak-anaknya-tidak makan nasi. Tidak ada beras tersisa. Kendati suaminya hidup berkecukupan bahkan boleh dibilang kaya, -- saat itu, suaminya menjabat kepala desa-ia tak hendak meminta, apalagi menuntut. Untuk bertahan hidup, ia dan anak-anaknya memakan daun-daunan yang direbus dengan campuran sedikit beras hasil utang. Jika waktu makan tiba, ia kumpulkan anak-anak, duduk melingkar memutari kuali tanah berisi bubur daun-daunan tersebut dengan masing-masing memegang satu piring. Lantas, pada piring masing-masing dituang bubur encer terebut. Sungguh jauh dari cukup, apalagi rasa kenyang. Sementara... suami dan istri mudanya sekaligus anak-anak mereka makan dengan kenyang dan berlebihan.
Jika malam tiba, gubuk reot yang ia huni itu penuh rebak dengan cerita. Wanita ini gemar sekali mendongeng untuk anak-anaknya; satu-satunya hiburan yang bisa ia berikan pada anak-anak. Dengan sebuah lentera kecil yang berkedip-kedip ditiup angin, ia mendongeng Timun Mas, Kepel, Lutung Kasarung, Roro Mendut-Pronocitro, Minakjinggo-Kenconowungu, dan sekian lagi dongeng yang ia kreasi sendiri. Anak-anaknya mendengarkan dengan mata berbinar-binar. Kadang-kadang pula ia mengajarkan tembang-tembang dolanan yang menjadi senandung riang pembawa semangat anak-anaknya. Sambil bercerita itu, tangannya tak henti bekerja, kadang-kadang sampai larut malam; menganyam tikar pandan pesanan tetangga, mengupas singkong, oncek dhele, prithil kacang, pipik jagung... pekerjaan-pekarjaan khas para petani yang darinya ia peroleh upah tak seberapa.
Lantas, sementara ia terus mendongeng, satu per satu anak-anaknya terlelap di atas tikar yang berlubang dan bertambal-tambal di sana-sini. Setelah anak-anaknya tertidur, serentak, wajahnya yang semula berbinar-binar tanpa duka itu meredup. Ia menatap anak-anaknya yang tidur dengan mulut menganga dan perut berkeriut. Napasnya cekat. Tanpa permisi, air mata berbondong-bondong keluar oleh tindihan rasa nelangsa. Ya... di saat yang sama, suami dan istri mudanya berikut anak-anak mereka terlelap di atas kasur dengan selimut hangat dan perut kekenyangan.
Baginya, duka itu adalah miliknya sendiri. Jangan sampai memberi anak linangan air mata. Jangan sampai ia berikan duka.
Dirinya masih harus merunut malam yang jauh. Dia tak berpikir akan bertahan hidup, tapi ia tak akan mengakhiri sendiri dengan bodoh; kendati sebenarnya itu pernah terlintas dalam benaknya.
“Saya tak percaya saya masih hidup sampai hari ini,” ujarnya bertahun-tahun setelah itu. Yang ada dalam pikirannya adalah 'hidup dan bertahan'. Ia harus menyelesaikan semua itu dengan cara-cara pahlawan.
Dengan menjadi buruh tani, ia terus mengais. Pekerjaan itu nyaris tak menjanjikan apa-apa. Tak jarang, ia bekerja di sawah suaminya sendiri sebagai buruh dengan upah yang tidak lebih besar dari buruh yang lain, bahkan cenderung lebih kecil. Entah, bagaimana ia mampu menjalani semua itu.
Lantas, satu per satu anaknya lulus sekolah. Yang pertama menyelesaikan SMP, yang kedua bertahan hanya sampai SD, sedangkan yang ketiga tak mampu menyelesaikan pendidikan terendah sekalipun kendati justru ia anak paling cerdas di antara anak-anaknya yang lain. Bersama, ketiga anak ini memutuskan merantau ke Jakarta. Tentu saja tak begitu ada harapan bekerja di tempat yang nyaman. Ketiganya... menjadi pembantu. Tapi, kendati sedikit, ketiganya mulai bisa mengirim uang untuk orang tua dan adik-adiknya.
Begitulah, wanita ini telah mengatur rupiah dengan begitu cermat. Ia bahkan tak menyentuh uang-uang kriiman itu, tapi kesemuanya digunakan untuk membiayai sekolah lima anaknya yang lain. Cukup ajaib, kelima anaknya tersebut berhasil menamatkan jenjang SLTA.
Hari-hari lesap ke bulan dan bulan tenggelam dalam tahun. Seperti hidupnya, waktu tidak berhenti berjalan. Satu per satu anaknya lulus, bekerja ... dan menikah. Biaya sekolah tidak melulu ditanggung anak pertama, tetapi selalu demikian... setiap ada yang lulus dan mulai bekerja, ia bertugas melanjutkan estafet amanah itu.
Lagi-lagi, keajaiban dan bukti bahwa Allah Mahakasih, empat dari anak-anaknya tersebut lulus tes menjadi pegawai negeri sipil, sebuah pekerjaan yang cukup bergengsi untuk ukuran daerahnya. Saat sekolah pun, rata-rata mereka mendapat beasiswa atau keringanan biaya sebagai kompensasi dari prestasi yang diraih... atau minimal menjadi juara kelas. Namanya pun menjadi legenda di masyarakatnya bahwa anak-anaknya maupun cucu-cucunya pasti cerdas dan sukses.
Bolehlah dikatakan begitu. Untuk ukuran orang seperti dirinya, tentulah apa yang ada sekarang ini merupakan sukses yang tidak terbilang. Masing-masing anaknya di Jakarta telah memiliki hunian yang layak -kendati kecil--, anak pertamanya malah berhasil masuk tes PNS di Mabes Polri kendati hanya dengan ijazah SMP. Anak-anaknya pun nyaris semua cukup disegani di lingkungannya, hal mana tidak demikian dengan anak-anak suaminya dari istri mudanya.
Tahun 2002, rumah yang ia huni yang dibangun anak-anaknya pada tahun 1988, ambruk. Kondisinya memang telah reot. Anak-anaknya bukan tidak tahu, tapi mereka tidak memperbaikinya dalam kurun yang cukup lama itu disebabkan mereka dilarang oleh sang ayah -suami dari wanita ini-untuk memperbaiki.
Laki-laki itu mungkin hatinya terbuat dari batu, tak juga bisa belajar dari kejadian-kejadian yang ia alami. Tahun 1988, saat anak terakhir dari istrinya berusia 10 tahun, ia kembali terpikat wanita lain; seorang janda muda dari kampung sebelah. Karena tak bisa menikah resmi, keduanya -entahlah, mungkin nikah di bawah tangan-tinggal serumah.
Kali ini, wanitanya tak 'sebaik' dan sesabar' dua istrinya terdahulu. Hartanya habis dalam bilangan tahun. Dan... empat tahun kemudian, jabatannya sebagai kepala desa berakhir.
Hidup dengan sisa-sisa kejayaan masa lalu, wanita muda ini tidak bertahan. Ia memilih pergi meninggalkan si lelaki yang kini tak lagi bisa mencukupi kebutuhannya.
Lantas, seperti roda... hidup berputar. Allah terus memperjalankan takdirnya yang tak terkata namun bagian dari hal paling tetap dan niscaya. Bukan karma. Lelaki ini menjalani hidupnya sendiri, menjadi buruh tani -karena sawahnya telah habis terjual-dan tinggal di kesunyian rumahnya: tanpa anak dan istri.
Sementara istrinya -si wanita ini-mulai merasai kebahagiaan dari hidup yang lebih layak, riang dipenuhi jeritan manja cucu-cucu dan rengekan mereka.
Maka, meradanglah si lelaki saat anak-anaknya berniat membangun sebuah rumah untuk ibunya karena rumah yang kemarin rubuh. Tak hanya fitnah, teror pun dilangsungkan. Anak-anaknya tak menyerah, tetap berusaha membangun rumah itu karena memang sudah tidak bisa ditunda lagi. Dulu mereka menahan-nahan niat tersebut selama bertahun-tahun, dan sekarang tak bisa lagi.
Tersebutlah, di suatu malam, si wanita -istrinya yang telah ditelantarkan itu-mendengar suara berisik ayam-ayam di kandang. Berjingkat, ia membuka pintu belakang rumah. Masih sempat sekilas ia melihat suaminya menaburkan sesuatu di sudut luar rumah. Kendati dalam remang, ia masih bisa mengenali bahwa sosok itu adalah suaminya.
Paginya, tiba-tiba ia lumpuh. Tubuhnya lemah dan tak bisa berdiri. Orang-orang menduga itu teluh. Setelah dirawat beberapa saat di RS, alhamdulillah ia sembuh.
Teror tak berhenti. Suaminya, secara terbuka, mendoakan agar kayu-kayu rumahnya keropos dimakan rayap. Dan doanya terkabul, tapi kali ini bukan pada rumah si wanita, melainkan rumahnya sendiri. Beberapa waktu kemudian ia mengancam akan membakar rumah itu, dan sekali lagi, rencana itu -kendati bukan dia-terlaksana. Juga bukan pada rumah si wanita, melainkan rumahnya sendiri. Karena lupa memadamkan api di tungku, rumah belakangnya terbakar.
Itu semua belum berakhir. Dalam kesendirian yang diliputi rasa dengki dan iri, ia mendoakan agar si wanita ini diserang penyakit. Dan lagi.... doanya terkabul, juga bukan untuk si wanita, tapi untuk dirinya sendiri. Tiba-tiba, orang-orang menemukan lelaki itu tak bisa bicara dan sebelah tubuhnya lumpuh. Ia terserang stroke untuk pertama kali yang sekaligus masuk dalam stadium kritis.
Anak-anaknya membawanya ke rumah sakit.
Dan... kejadian hari itu adalah bak sebuah drama nyata. Sebuah babak yang luar biasa indah saat si wanita -dengan langkah ragu dan bergetar, sebagian oleh sisa perjalanan yang membuatnya mabuk darat-menjenguk bekas suaminya yang tergolek di rumah sakit. Ada pancaran iba dan kasih yang tulus saat ia meraba, mengusap, dan bertanya tentang kabar dengan terbata-bata. Mesra sekali saat ia memijit kaki lelaki itu.
“Piye rasane, Mbah?” tanyanya dengan panggilan mesra. Mbah? Aduhai, nyaman sekali. Saat belum punya anak, ia memanggil lelaki ini dengan sebutan 'Kakang,' saat sudah punya anak dengan sebutan 'Pak', dan saat telah dianugerahi cucu demikian banyak, ia memanggilnya 'Mbah'
Gemetar, tangan kiri lelaki ini -karena tubuh bagian kanannya lumpuh-menggenggam tangan renta yang mengusap keningnya, seakan ia menikmati belaian lembut tersebut dan menahannya sesaat agar jangan terlalu cepat sirna. Kendati pandangannya dibuang ke sisi lain menghindari wajah -bekas-istrinya ini, ia tak bisa mengingkari ada lautan maaf dan cinta yang telah menggelombanginya.
Melihatnya, saya tak kuasa menahan isak. Seperti lelaki itu, tangis saya cekat di kerongkongan sementara air mata sudah berbondog-bondong menitik tanpa bisa dicegah lagi. Sesak sekali dada saya oleh rasa haru yang menekan-nekan.
Ya... melihat wanita ini, saya seperti tenggelam dalam laut kesabaran. Dan... dialah wanita tercantik yang pernah saya jumpai di dunia ini. Dia... tak lain adalah ibu saya.
Ya Allah... ampunilah dosanya, maafkanlah kesalahannya dan kasihilah dia sebagaimana ia mengasihi kami dalam suka dan duka.
Sakti Wibowo (abu_ahmadi at yahoo dot co do in)
Malam 1 Juni 03
Kenangan dan doa untuk Bundaku, orang paling berharga dalam hidupku.